Dari Ladang dan Air Mata Perjuangan, Dua Anak Buruh Tani Jadi Lulusan Perwira Polri Terbaik

Semarang — Di balik prosesi pelantikan Perwira Polri Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Gelombang II Tahun Ajaran 2025 di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, tersimpan kisah perjuangan dan kesabaran. Dua perwira remaja Polri, Ipda Eko Nursetiawan, S.H., M.H. dan Ipda Agung Saputra, S.Kom., membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk mengabdi kepada negara.

Pelantikan yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.M. ini menjadi momen bersejarah bagi keluarga para perwira, khususnya bagi orang tua yang selama ini hidup sederhana sebagai buruh tani.

Salah satu lulusan terbaik, Ipda Eko Nursetiawan, alumnus Universitas Jenderal Soedirman, berhasil meraih Tanggon Kosala sebagai Peraih Terbaik Aspek Sikap dan Perilaku. Selama pendidikan, ia dipercaya mengemban amanah sebagai Danyon Korpsis, sebuah jabatan yang mencerminkan kepemimpinan, keteladanan, dan integritas.

Anak dari Taslim, seorang petani, Ipda Eko tumbuh dalam kondisi penuh keterbatasan. Sejak kecil, ia telah ditinggal ibunya yang harus bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (ART) di luar negeri demi menopang ekonomi keluarga. Jalan pengabdiannya pun tidak mudah. Tahun 2015 ia gagal saat mendaftar Bintara Polri, dan pada 2024 kembali belum berhasil saat mengikuti seleksi SIPSS. Namun kegagalan itu tidak memadamkan tekadnya. Tahun 2025 menjadi titik balik perjuangan panjangnya.

Kisah serupa juga dialami Ipda Agung Saputra Anak dari pasangan (Alm) Anton dan Watira, yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani, Ipda Agung harus menerima kenyataan pahit kehilangan ayahnya sejak lama. Ibunya pun hanya bekerja sebagai buruh tani di ladang. Namun keterbatasan itu justru menempa mental baja dalam dirinya.

Selama lebih dari satu dekade, Ipda Agung tidak kurang dari 10 kali mencoba mendaftar menjadi anggota Polri maupun TNI. Ia pernah mengikuti seleksi Bintara PTU berturut-turut dari tahun 2019 hingga 2024, Bintara Rekpro, Tamtama Brimob, hingga Bintara TNI AL—semuanya belum membuahkan hasil. Hingga akhirnya, tahun 2025, doa panjang sang ibu dan ikhtiar tanpa henti mengantarkannya lulus Dik SIPSS Gelombang II Tahun 2025. Selama pendidikan, ia menjabat sebagai Polsis 1A, menunjukkan dedikasi dan disiplin yang konsisten.

Wakapolri dalam amanatnya menegaskan bahwa penguatan sumber daya manusia Polri merupakan bagian penting dari arah pembangunan nasional RPJPN 2025–2045 menuju Indonesia Emas 2045, sekaligus sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto.

“Hari ini saudara resmi menyandang pangkat Inspektur Polisi Dua. Ini bukan sekadar kelulusan, tetapi awal dari tanggung jawab besar untuk hadir dan memberi solusi atas persoalan masyarakat,” tegas Wakapolri.

Ia menambahkan, Polri membutuhkan perwira yang adaptif, responsif, dan berintegritas, mampu menjawab tantangan zaman serta menjembatani harapan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian yang semakin profesional dan humanis.

Kisah Ipda Eko Nursetiawan dan Ipda Agung Saputra menjadi bukti nyata bahwa perubahan Polri dimulai dari proses rekrutmen yang adil, pembinaan yang berintegritas, serta kesempatan yang sama bagi seluruh anak bangsa. Dari ladang dan doa seorang ibu, dari kegigihan tanpa lelah, lahir perwira-perwira Polri yang siap mengabdi untuk negeri. (Rahmat Hidayat)

banner 300x250

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *